GuidePedia

0

Oleh Gembala Dr. Socratez S.Yoman

1. Pendahuluan

Sudah waktunya rakyat dan bangsa West Papua bangkit untuk membela kehormatan dan martabat bangsanya. Tidak dibenarkan umat Tuhan terus dibantai atas nama keamanan nasional dan demi kedaulatan negara. Saya mengikuti dengan saksama Negara berusaha keras kaburkan dan mengalihkan kejahatan selama ini dengan cara-cara yang tidak elok, yaitu ciptakan isu KKSB dan juga kunjungan-kunjungan presiden di West Papua.

2. Berbagai Bentuk Wajah Kekerasan Negara

Kekerasan dan kejahatan Negara sudah berlangsung selama 57 tahun sejak 1961 dengan berbagai wajah dan bentuk. Saya kemukakan beberapa contoh sebagai berikut.

2.1. OPM/TPN Piaraan
Satu contoh dari TPN piaraan TNI. Sampai tahun 2000, Hans Bomay disebut sebagai pimpinan TPN wilayah perbatasan. Dia pernah diantar oleh Kopassus utk dipertemukan dengan pangdam XVII cenderawasih. Katanya utk sampaikan aspirasinya. Krn tidak bertemu Pangdam, mereka diantar kembali oleh Kopassus ke Arso dan selanjutnya dilepas ke hutan. Dia bisa dikategorikan sebagai TPN piaraan Kopassus. TPN pimpinan Hans inilah yg biasa melakukan penyaderaan warga sipil di lokasi Transmigasi Arso. Mereka biasa tuntut milyaran rupiah sebagai uang pembebasan sandera. Setelah dia dibunuh oleh TPN yg benar, tidak ada lagi kasus penyanderaan di wilayah Keerom. Bisa dicarikan informasi yg lebih lengkap dari orang lain juga.
Contoh penyanderaan yang memakan waktu cukup lama pada 1995. Marawija dan (Ningsih???) teman perempuannya siswa SMA di Arso di Sandera dan dibawa ke Bewani dan ditahan di sana hampir 3-5 bulan lebih. Peristiwa ini dilakukan oleh TPN/OPM binaan dan dalam kasus ini ada keterlibatkan aparat keamanan Negara.
Motivasinya ialah wilayah West Papua dikelola sebagai daerah konflik, menambah pasukan dengan membangun infrastruktur militer, pangkat dan ekonomi.
2.2. Pembantaian rakyat di Sorong pada 1968/69
Negara tampil & hadir dengan wajah dan watak benar-benar kriminal. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila: Ketuhanan, kemanusiaan, keadilan, itu benar-benar tidak hadir di West Papua. Rakyat West Papua ditempatkan sebagai musuh Negara.
Kejahatan dan kekejaman Negara digambarkan dengan jelas oleh Amiruddin al Rahab sebagai berikut:
"Papua berintegrasi dengan Indonesia dengan tulang punggung pemerintahan militer. ABRI adalah Indonesia dan Indonesia adalah ABRI. ...Cengkeraman militer di Papua tidak terlepas dari potensi ekonomi daerah ini yang begitu besar. Militer juga memperbesar kekuasaannya dengan menempatkan diri sebagai pelindung dari para migran dan transmigrasi dari luar Papua..." (Sumber: Heboh Papua: Perang Rahasia, Trauma dan Separatisme: 2010, hal.42, 43, 46).
Herman Wayoi, intelektual Papua, pelaku & juga saksi sejarah pepera 1969 meneguhkan apa yang ditulis Amirrudin.
"Pemerintah Indonesia melakukan dua bentuk operasi untuk menghilangkan ras Melanesia dari tanah ini, yaitu: operasi militer & operasi transmigrasi." (Sumber: Pemusnahan Etnis Melanesia: Memecah Kebisuan Sejarah Kekerasan di Papua Barat: Yoman, 2007, hal. 136-146).
Beberapa nama yang pernah ditembak mati di Sorong: Otniel Safkaur, Abner Asmuruf, Yohanes Kareth, Kristian Kareth, Saul Kareth, Kalep Jepse, Kosmos Nauw, Adam Kambuaya, Elia Kambuaya, Musa Keba, Adam Korain, Howard Jitmau dan Sehu Jitmau. Masih banyak lagi yang dibantai TNI sejak 1961 dan belum terungkap.
Ditambah lagi dengan kasus Abe berdarah, Wasior berdarah, Wamena berdarah, Biak berdarah, dan hilangnya sopir Theys belum terungkap dan penembakan 4 siswa di Paniai pada 8 Desember 2014 belum ditangkap pelakunya.
Apakah kejahatan & kekejaman & kelaliman Negara begini mau ditutup dengan ciptakaan KKSB & kunjungan-kunjungan presiden ke West Papua?
Prof. Dr. Franz Magnis: "Ini luka membusuk dalam tubuh Indonesia."
Ita Wakhu Purom, 23/4/2018;06:46

Post a Comment

 
Top