GuidePedia

0

Oleh:Kristian Griapon


Jika kita mengkaji sejarah perkembangan peradaban umat manunsia kita akan merumuskan dua kata ‘Kepentingan dan Persaingan”. Dua kata ini tidak tampak jelas, namun dari kajian interaksi suatu perilaku individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, maka dapat tergambar jelas, bahwa manusia secara alamiah mempunyai kebutuhan dasar yang berhubungan langsung dengan kehidupannya, yakni kepentingan untuk mendapatkan sesuatu yang sifatnya langka, dengan mengorbankan sesuatu yang sifatnya langka pula.

Dalam kehidupan globalisasi dewasa ini, kepentingan dan persaingan menjadi pintu masuk suatu konflik, baik itu yang bersifat ekonomi, politik, sosial-budaya, ilmu pegetahuan dan teknologi. Bagi negara adi kuasa (super power), kepentingan dan persaingan sudah tidak berinteraksi langsung, namun berafiliasi kedalam bentuk transformatif "Ideologi”, karena Ideologi sudah menjadi alat perantara yang sangat ampuh pengikat berbagai kepentingan dalam suatu wilayah Negara.

Pada masa Revolusi Industri yang berlangsung antara pertengahan abad 18 s/d pertengahan abad 19, membawa perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Pada periode ini muncullah kaum buruh golongan yang tertindas akibat dari perlakuan semena-mena oleh golongan kapitais (Pemilik modal).
“Muncul Gerakan Sosialis ( Dasar Ideologi Komunisme)”
Kaum buruh yang diperlakukan tidak adil oleh kaum pengusaha mulai bergerak menyusun kekuatan untuk memperbaiki nasib mereka. Mereka kemudian membentuk organisasi yang lazim disebut gerakan sosialis. Gerakan sosialis dimotivasi oleh pemikiran Thomas More, yang menulis buku Otopia. Tokoh yang paling populer di dalam pemikiran dan penggerak paham sosialis adalah Karl Marx dengan bukunya Das Kapital.
“Muncul Imperialisme Modern (Dasar Ideologi Liberalisme)”
Kaum pengusaha/kapitalis umumnya mempunyai pengaruh yang kuat dalam pemerintahan untuk melakukan imperialisme demi kelangsungan industrialisasinya. Dengan demikian, lahirlah imperialisme modern, yaitu perluasan daerah-daerah sebagai tempat pemasaran hasil industri, mencari bahan mentah, penanaman modal yang surplus, dan tempat mendapatkan tenaga buruh yang murah. Dalam hal ini, Inggris yang menjadi pelopornya.
Perkembangan Kepentingan dan Persaingan Ideologi Komunisme dan Liberalisme melahirkan perang dunia pertama yang terjadi, 28 Juli 1914 s/d 11 Noovember 1918, dan perang dunia kedua terjadi, 1 September 1939 s/d 2 september 1945, serta dilanjutkan dengan perang dingin AS-US, 1947 s/d 1991.
Amerika Serikat (AS) mengembangkan imperialisme dibawah aliansi komando pertahanan NATO ke eropa barat membendung pengaruh Komunisme yang berkembang di eropa timur, yang menjadi wilayah bagian Unisoviet(US) dibawah komando aliansi pertahanan Fakta Warsawa, yang dikendalikan oleh Rusia.
Perang dingin antara AS dan US yang dimulai 1947 dan berakhir 1991, ditandai runtuhnya rezim Unisoviet, bukan berarti ancaman perang nuklir berakhir, namun sebaliknya menjadi ancaman yang serius menuju perang dunia ketiga.Itu terlihat pengembangan daerah baru komunisme di Korea Utara dan Cina serta mitra Rusia di Iran secara diam-diam (gerakan bawah tanah) mengembangkan Alat Utama Sistem Persenjataan (ALUTSISTA) berkekuatan nuklir.
Perang dingin persaingan kepentingan Ideologi Liberalisme Imperialis-AS dan sekutunya melawan Komunisme-US berakhir, namun gerakan perlawanan radikalisme ekstrimis kanan meningkat menjadi ancaman teroris AS dan sekutunya. Sebut saja gerakan teroris Taliban di Afganistan, ISIS yang berbasis di Iraq dan Suriah.

“Gerakan ektrimis radikalisme kanan yang bergerilya di semenanjung Himalaya dan di jazirah arab seolah-olah menjerumuskan islam dan Negara kedalam perang salib gaya baru”.

Yang menjadi pertanyaan siapa yang berdiri dibelakang gerakan perlawanan bersenjata ini?
Jelas menjadi catatan, bahwa Unisoviet telah runtuh namum kekuatan Rusia masih tetap eksis, dan sedang membangun kekuatan gaya baru di timur tengah dengan memanfaatkan situasi dan kondisi yang terjadi, dengan menggunakan pendekatan keberpihakan dalam pengertian “Diplomasi situasional” jadi Rusia membangun komunikasi langsung dan menarik simpati terhadap negara-negara yang mempunyai keretakan hubungan diplomatik dengan AS.
Jangan heran Perang Dingin (Cold War) telah berakhir, namun kerengganan daerah timur tengah yang telah ada sebelum revolusi industri, telah dijadikan lahan yang subur adu kekuatan baru kepentingan dan persaingan global oleh negara-negara adi kuasa.
Zionis Israel menjadi strategi Geo-Politik imperialisme AS dan sekutunya untuk menjaga kepentingan dalam persaingan global di semenanjung Jazirah Arab dan sekitarnya, yang menyimpan kekayaan sumber daya energy (minyak bumi dan gas) terbesar di dunia, dan Rusia menyusup masuk dengan menggunakan pendekatan keretakan hubungan yang terjadi dalam hubungan diplomatik AS terhadap negara-negara muslim di timur tengah.
Edward Snowden mantan intelijen AS menyatakan dengan jelas bahwa “Islamic State of Iraq and Syria (ISIS)” merupakan organisasi bentukan dari kerjasama intelijen tiga negara,yakni USA, Zionis Israel, dan Inggris. Indikasinya terlihat jelas rencana ISIS untuk menghancurkan Ka’bah di Mekkah, malah situs Islam bersejarah di Iraq sudah banyak yang di bom luluh lantak sesuai dengan agenda Zionis. Padahal situs Islam bersejarah itu sudah menjadi aset masyarakat dunia.
ISIS adalah satuan bersenjata yang sengaja dibentuk oleh Zionis Internasional untuk mengadu dan menghancurkan sesama umat Islam, serta menghancurkan nilai nilai peradaban Islam yang berpusat dan berkembang dari timur tengah

Post a Comment

 
Top