GuidePedia

0

Oleh: Danial Indrakusuma


Pemilik-pemilik perusahaan-perusahaan besar dan bank-bank terkemuka berkumpul untuk membicarakan rencana masa depan mereka. Persidangan diselenggarakan di Paris, Brussels, Roma, New York, St. Petersburg, Tokyo dan London. Kapitalisme harus diselamatkan, dengan cara apapun. “Dahulu, hanya kami, orang-orang Inggris, yang menjalankan perusahaan. Kini, perusahaan-perusahaan dari negeri lain juga sudah berkembang. Bagaimana jadinya nanti?,” tanya Happy Jack, sebagai moderator yang memang berasal dari Inggris ini, kepada para hadirin. “Kebanyakan perusahaan-perusahaan tersebut dikelola dengan lebih baik dan lebih kuat, tetapi sekarang perusahaan-perusahaan Inggris'semakin berkurang,” Sir Edward Steel menambahkan. “Aku semalam berada di sebelah timur London, mendengarkan pembicaraan para penganggur. Aku mendengar cerita hebat dan teriakan-teriakan yang menuntut makanan, makanan, makanan,” kata Tuan Cecil Rhodes, sambil menghembuskan asap cerutunya. Mr. Macprofit kelihatan diam saja dengan kening berkerut. Ia berpikir, jika pabrik-pabrik terus ditutup, maka para pekerja akan merampas pabrik-pabrik tersebut dari tangan mereka. “Untuk menghindari perang saudara di Inggris, yang akan melibatkan 40 juta penduduknya, kita harus mendapatkan tanah jajahan baru yang bukan saja bisa menerima penganggur di negeri kita, malah bisa juga menjamin pemasaran barang-barang pabrik dan tambang yang tidak laku dijual di sini,” lanjut Tuan Cecil Rhodes lagi. “Barang-barang yang tak dapat dijual lagi dan ancaman dari kaum buruh. Tetapi, berapa banyak orang yang memikirkan persoalan ini?” pikir Macprofit gelisah. Tiba-tiba ia menukas. “Bahan mentah! Apabila pabrik-pabrik kita pulih kembali, permintaan bahan mentah akan menjadi satu perkara penting. Bahan mentah yang sekarang tidak mencukupi,” Sir Edward Steel tak menggubris, ia seperti sedang menunggu kedatangan seseorang.

“Kereta api seharusnya sudah di stasiun sekarang,” ujarnya. Tak lama kemudian. “Tuan-tuan sekalian, aku sungguh berbesar hati karena dapat memperkenalkan kepada Tuan-Tuan semua seorang jurnalis dan petualang: Henry Morton Stanley,” Steel memperkenalkan. Tampak di depan mata hadirin pria dengan penampilan mengesankan, berpakaian pelaut, berkumis, berambut pirang, dengan kulit kecoklatan karena terpanggang sinar matahari. Stanley dengan antusias berbicara kepada para ahli-ahli perdagangan yang hadir.

“Aku baru saja pulang dari penjelajahan yang jauh. Satu perjalanan yang telah mengorbankan beratus nyawa manusia tapi hasilnya sangat menggembirakan. Dalam penjelajahan itu, Aku temui sebuah benua yang sedang menunggu kedatangan orang orang kulit putih. AFRIKA! Kita akan menemukan penyelesaian bagi semua masalah yang kita hadapi. Di sana, berjuta-juta manusia masih tidak berbaju. Mereka ingin membeli kain dari perusahaan-perusahaan Tuan. Tuan-Tuan bisa mengusahakan adanya kereta api, membangun jalan raya dan pertambangan di Afrika. Keadaan iklim juga sangat sesuai untuk semua jenis tanaman getah, teh, kopi, coklat, dan bisa mendapatkan tenaga-tenaga kerja yang cukup serta murah di Afrika.” Seisi ruangan menjadi ribut.

Para kapitalis berebutan melobi, menelpon, berniat berlomba-lomba ke Afrika. “Afrika sedang menunggu kedatangan kita, yang penting kita harus sampai terlebih dahulu,” terdengar pembicaraan salah seorang dari mereka, yang memang sejak dari tadi berusaha menelpon terlebih dahulu. “Syukurlah kita selamat,” mata mereka seakan berkata demikian. Bodoh! Mereka tidak tahu bahwa mereka sedang menghadapi kehancuran yang, memang, bisa ditunda, tapi tak bisa dielakkan. Maka, kapal-kapal pun berlayar dari Eropa dengan tujuan: AFRIKA HARUS DITAKLUKKAN!
Paksaan, perbudakan, dan penipuan yang telah dipraktekkan selama beratus-ratus tahun telah menjadikan para kapitalis Eropa kaya dan kuat di dunia. Mereka begitu kuat sehingga semakin bisa melengkapi tentaranya. Sebuah kapal besar berlayar ke Pantai Afrika penuh dengan prajurit, meriam dan senapan.
(Sejarah Dunia Modern untuk Anak-anak)

Post a Comment

 
Top