Oleh: Danial Indrakusuma
Akan menjadi tak kurang salahnya bila menghapus poin-poin program demokratik, contohnya, poin menentukan nasib sendiri bangsa-bangsa, dengan alasan bahwa hal tersebut "tidak mudah/tidak layak," atau hal tersebut dianggap sebagai "ilusi" di bawah imperialisme. Pernyataan/posisi yang mengatakan bahwa hak bangsa-bangsa untuk menentukan nasib sendiri tak bisa dicapai dalam kerangka kapitalisme bisa dipahami sebagai akal politik absolut, ekonomis atau konvensional.
...Pernyataan/posisi tersebut tidak sempurna dan tidak tepat, bukan saja bagi hak bangsa-bangsa untuk menentukan nasib sendiri, namun seluruh tuntutan mendasar Demokrasi politik "dimungkinkan pencapaiannya" di bawah imperialisme, hanya saja dalam bentuk yang belum tuntas, bentuk yang masih terpenggal-penggal dan sebagai pengecualian yang langka (contohnya, pemisahan diri Norwegia dari Swedia pada tahun 1905). Tuntutan untuk pembebasan koloni-koloni dengan segera, sebagaimana diajukan oleh semua kaum Sosial-Demokrat revolusioner, juga "merupakan capaian yang tidak memungkinkan" di bawah kapitalisme tanpa serangkaian revolusi.
Hal tersebut tidak menyiratkan, bagaimana pun juga, bahwa kaum Sosial-Demokrat harus menunda/menahan diri untuk menjalankan perjuangan yang sesegera mungkin dan paling menentukan/teguh bagi seluruh tuntutan tersebut--menundanya berarti hanya lah sekadar memberikan kesempatan/keuntungan bagi kaum borjuis dan kaum reaksi. Sebaliknya, hal tersebut menyiratkan bahwa adalah sangat dibutuhkan untuk merumuskan dan mengajukan seluruh tuntutan tersebut, bukan dengan cara yang reformis, namun dengan cara yang revolusioner; tidak diperam dalam bingkai legalitas borjuis. namun dengan melakukan terobosan terhadapnya; bukan membatasi diri pada pidato-pidato di parlemen dan protes-protes lisan, tapi dengan menarik massa ke dalam aksi nyata, dengan memperluas dan mengobarkan perjuangan bagi segala tuntutan demokratik yang mendasar, hingga ke taraf dan termasuk gempuran kaum proletariat terhadap kaum borjuis, yakni bergerak ke tahapan revolusi sosialis, yang akan mengambil-alih kekuasaan kaum borjuis.
Revolusi sosialis bisa saja pecah/dimulai bukan saja sebagai akibat dari pemogokan besar, demonstrasi masalah tentang makanan, suatu kerusuhan karena kelaparan, suatu pemberontakan di kalangan tentara, atau suatu pemberontakan pembebasan dari kolonial, namun juga sebagai akibat dari krisis politik, seperti dalam kasus Dreyfus, insiden Zabern, atau dalam kaitannya dengan referendum pemisahan diri bangsa yang tertindas, dan seterusnya.
(Lenin, The Socialist Revolution and the Right of Nations to Self-Determination)
Post a Comment