Dulu Inggris mengalami kesulitan menaklukan bangsa Arab. Mereka tidak paham karakter bangsa Arab karena tidak banyak referensi yang dapat dibaca. Lalu mereka mengirim Thomas Edward Lawrence (kemudian dikenal dengan Lawrence of Arabia), seorang arkeolog dan juga tentara ke Arab untuk melakukan penelitian. Melalui Lawrence of Arabia inilah kemudian Inggris dapat membaca kelemahan orang Arab dan mulai menyusun strategi dan taktik untuk menaklukannya.
Ketika masih menjajah kita, Belanda mengalami kesulitan menaklukan orang Aceh. Mereka kalah dalam berbagai pertempuran. Bila perang terus dilancarkan, Aceh tidak akan dapat ditaklukan. Oleh sebab itu Belanda mengirim Snouck Hurgronje ke Aceh. Tugasnya mencari kelemahan orang Aceh. Beberapa tahun kemudian jatuhlah Aceh ke tangan Belanda.
Tahun 40an Amerika Serikat gerah melihat Jepang dan ingin menaklukannya. Tapi mereka tidak mau gegabah. Jepang itu kuat. Sementara informasi tentang Jepang masih sangat sedikit. Waktu itulah Ruth Benedict memainkan peranannya. Ia punya pengetahuan tentang Jepang, yang kemudian diberikan kepada Presiden Franklin D. Roosevelt.
Tahun 1945 Jepang menyerah kepada Amerika Serikat.
Pengetahuan tentang sebuah bangsa adalah modal dasar menaklukan bangsa itu.
Amerika Serikat juga pernah membuat proyek spionase berkedok riset ilmiah untuk menaklukan Amerika Latin yang diberi nama Project Camelot. Proyek yang punya nama asli _The Special Operations Research Office (SORO)_ itu menelan biaya sekitar $4 – 6 juta.
Siasat menguras informasi dari negara yang dijadikan sasaran penaklukan kemudian berubah. AS dan negara-negara Eropa memberikan beasiswa kepada anak-anak muda di negara sasaran untuk kuliah di negara mereka. Tidak ada makan siang yang gratis. Anak-anak muda itu kemudian disuruh melakukan penelitian di negara mereka masing-masing untuk tesis atau disertasi. Dengan demikian informasi camengalir ke tangan pemberi beasiswa.
Sekarang metodenya lebih canggih. Mereka membuat jurnal ilmiah bereputasi internasional. Melalui saluran birokrasi para akademisi di negara sasaran dipaksa menuliskan hasil penelitian mereka di jurnal tersebut. Hasilnya menakjubkan. Sekali tepuk dua nyawa. Bisnis jurnal bereputasi internasional mendulang keuntungan karena para akademisi korban harus membayar, di sisi lain mereka mendapatkan pula informasi tanpa harus mengeluarkan biaya.
Sekarang mereka tertawa-tawa. Sementara para akademisi yang berhasil dikadali tersenyum bangga, tanpa sadar bahwa mereka sebenarnya sudah membantu negara lain menemukan kelemahan bangsanya sendiri.
Post a Comment