GuidePedia

0

Oleh : Kristian Griapon
Foto: Ilustrasi Supersemar 1966, nampak Sueharto mengawal Sekarno
Sejarah Indonesia Kuno dalam Pemerintahan Hayam Wuruk, Keunggulan Gajah Mada sebagai Pati Majapahit mengembangkan ”Konsep Krtanegara”, menyatuhkan nusantara kedalam –VIII Wilayah Kekuasaan Majapahit. Wilayah I- Meliputi seluruh Jawa, Madura, dan Galijao (Kangean). Wilayah- II Meliputi seluruh pulau Sumatra. Wilayah- III Meliputi seluruh pulau Kalimantan. Wilayah- IV Meliputi seluruh Semenanjung Malaya (Malaka). Wilayah V Meliputi sebelah timur Jawa Sunda Kecil, yaitu; Bali, Lombok, NTT hingga Timor. Wilayah VI Meliputi seluruh Sulawesi. Wilayah VII Meliputi Maluku Selatan dan Maluku Utara. Dan Wilayah VIII Meliputi Onim (Fak-Fak) dimaksud bagian utara Papua, dan Seram dimaksud bagian selatan Papua. (Drs.Ariwiadi, Iktisar Sejarah Nasional Indonesia, Pusat Sejarah ABRI, 1971).

Sejarah Orde Lama menggambarkan Ir.Soekarno Presiden RI-Pertama, Mengimajinasi Nusantara Kuno kedalam Konsep Neo-Kolonialisme abad XX dalam bentuk Aktualisasi Kerangka NKRI. Tercatat dua momen sejarah menandai ambisi sang Proklamator Indonesia ini, yakni: Trikora dan Dwikora pada era tahun 1960-an, bertujuan menguasai Semenanjung Malaya (Malaysia) hingga Pasifik Barat Daya (Nieuw Guinea). Rancangan yang digagas ini dapat terlihat jelas dari dua catatan sejarah kelabu ini, yang hingga kini menghantui integrasi bangsa Indonesia dalam kerangka NKRI, mengapa? Karena NKRI hingga kini menghadapi entitas Ideologi yaitu: “Agama dan Pemisahan diri (separatis)”, itu terjadi akibat dari NKRI didirikan dan dibangun diatas dasar sang penggagas, bukan berdasarkan konsensus bangsa, dalam pengertian kesepakatan bersama seluruh elemen bangsa dari Sabang hingga Merauke.
Soekarno tak pernah tunduk terhadap kemauan pihak lain maupun bangsa asing, ia mempunyai pendirian teguh bahwa “Apa yang menjadi kepribadiannya, itu yang harus dipertahankan, dan dilaksanakan”.

Setelah Pengakuan Pemerintahan Kerajaan Belanda terhadap kemerdekaan Indonesia melalui meja Perundingan di Den Haag Belanda pada 27 Desember 1949, dengan Konsep Negara Federasi Republik Indonesia Serikat (RIS), berselang kurang dari satu tahun perjalanan Penyerahan kedaulatan Indonesia, yaitu pada 17 Agustus 1950, Presiden RI-Pertama ini mengumumkan pengembalian kemerdekaan Indonesia ke 17 Agustus 1945 dengan bentuk Konsep Negara NKRI, serta ditindaklanjuti dengan “Dekret Presiden, 5 Juli 1959”.
Pada sesi 17 Agustus 1950 s/d 1965, Indonesia menghadapi berbagai pemberontakan bersenjata terutama di wilayah-wilayah bekas Federasi Indonesia Serikat. Pemberontakan-pemberontakan ini dilandasi oleh ideologi agama dan politik, para pemberontak bersenjata ini akhirnya dapat ditumpas dengan kekuatan militer, namun yang menjadi pertanyaan saat ini, “Apakah Entitas Ideologi Pemberontak juga ikut tertumpas habis?.

Selain menghadapi pemberontakan bersenjata di dalam negeri, kepemimpinan Soekarno juga mengonsentrasikan kekuatan politik dan militer untuk konfrontasi ke Malaysia dan Papua Barat.
Perjalanan NKRI yang seusia anak beranjak remaja, Pada tahun 1961 oleh Presiden RI-Pertama Suekarno mengumumkan Trikora di alun-alun depan Istana Kepresidenan Jogyakarta, 19 Desember 1961, dengan isu sentral “Bubarkan Negara Boneka Papua Barat buatan Belanda serta memobilisasi umum”, dan niatnya itu berhasil mematahkan kekuatan Belanda di Papua Barat.
Keberhasilan menguasai Papua Barat memotivasi orang nomor satu Indonesia ini melirik semenanjung Malaya, dengan menggunakan trik politik aduh domba etnis china di Kalimantan Utara (Sarawak) dengan penduduk asli melayu yang tergabung dalam Federasi Melayu yang terbentuk sejak tahun 1948 dibawah kontrol Inggris.

Niat membubarkan Federasi Melayu dibawah kontrol Inggris kini Malaysia, di dalam negeri Indonesia dibentuk Kabinet Dwikora, yang didominasi oleh para menteri dari PKI-sebagai ujung tombak diplomasi Jakarta –Beijing dengan mengusung isu sentral, “Hancurkan Negara Boneka Malaysia, Ganyang Malaysia” yang kemudian diumumkan lewat Dwikora pada, 3 Mei 1964 dengan seruan -1. Perkuat Ketahanan Revolusi Indonesia.-2. Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sarawak, dan Sabah untuk menghancurkan Federasi Malaysia yang meraih kemerdekaan pada , 31 Agustus 1957
Mencaplok semenanjung Malaya dan sekitarnya yang terintegrasi kedalam federasi melayu dibawah kontrol Inggris dengan pengawalan pasukan elit Gurkha, tidak semudah memutar balik fakta Hindia-Belanda, seperti yang Soekarno lakukan untuk Belanda di West Papua dengan menggunakan Komonis poros tengah Unisoviet (Rusia).

Nort Kalimantan Communist Party (NKCP) yang berbasis di Sarawak Malaysia dijadikan sarana Politik dan Kekuatan bersenjata oleh Presiden RI- I, sebagai pintu masuk Konfrontasi bersenjata ke Malaysia.
Soekarno menggunakan Poros tengah partai komonis China dengan merekrut etnis china yang berhaluan komunis di Kalimantan Utara, dilatih kemiliteran menjadi kelompok besenjata perlawanan rakyat Kalimantan utara dengan julukan “Pasukan Rakyat Kalimantan Utara(PARAKU)” untuk menghancurkan kekuatan Inggris di senanjung Malaya.
Setelah Malaysia dihadiahi kemerdekaan oleh Inggris pada, 31 Agustus 1957 pengontrolan wilayah diperketat antara Inggris yang masih menduduki Brunai Darussalam dengan Malaysia, PARAKU yang berbasis di Sarawak terusik sehingga mengungsi ke Kalimantan Barat dan bergerilya dengan nama”Pasukan Gerilya Rakyat Sarawak (PGRS)”.
Pada masa presiden Soekarno berkuasa PARAKU mendapat suport luar biasa, dan para etnis China yang mendukung Indonesia dikonsentrasikan di Kalimantan Barat di jadikan basis konfrontasi ke Malaysia.

Berdampak semakin kuatnya keberadaan komunis di Indonesia ditandai tragedi G-30 S-PKI 1965, melalui TAP MPRS No.XXXIII/1967, menjadi dasar Soekarno dilengser dari jabatan Presiden NKRI dan kepemimpinan Negara diambil alih oleh Soeharto, maka konfrontasi Indonesia ke Malaysia menjadi lemah, PARAKU yang nota bene golongan komunis berhaluan China terjepit setelah Inggris dan Malaysia memperketat pengawasan wilayah, PARAKU merobah wujud menjadi PGRS yang kemudian menjadi musuh bersama Indonesia dan Malaysia.

Pada saat kepemimpinan Orde Baru dibawah komando Presiden Soeharto kedua Negara, Indonesia dan Malaysia menumpas habis Pasukan Gerilya Rakyat Sarawak yang bergerilya di tapal batas kedua Negara.

(Referensi:id.m.wikipedia.org)

Post a Comment

 
Top