Oleh: Gembala Dr. Socratez S Yoman
1. Pendahaluan
Bertitik tolak dari topik artikel pendek ini, penulis mengingatkan para pembaca bahwa Operasi Militer Indonesia yang menggunakan Helikopter menyerang markas OPM di kampung Alguru di kabupaten Nduga pada 10 -11 Juli 2018 ada tujuan tersembunyi dibalik operasi ini. Intinya perlu jastifikasi (pembenaran) untuk mewujudkan agenda militer di wilayah ini. Militer harus ada alasan untuk meyakinkan kepada bupati & rakyat Ndugama (Nduga) bahwa kabupaten ini tidak aman.
Militer Indonesia menggunakan teori propoganda dengan membuat disinfirmasi di publik dan juga di masyarakat kabupaten Nduga (Ndugama). Teror terhadap rakyat harus diciptakan dengan menghadirkan militer & Brimob dalam jumlah besar dan juga kerahkan Helikopter.
2. Goliat di Tingginambut/Puncak Jaya pada 2004
Supaya para pembaca memahami secara utuh tentang misi utama militer Indonesia di Ndugama (Nduga), khususnya & di West Papua pada umumnya, penulis menuntun pikiran para pembaca untuk mengerti utuh peristiwa Ndugan penulis menghubungkan OPM pimpinan Goliat di Tingginambut-Puncak Jaya.
Pada 16 Agustus 2004, di bawah pimpinan Dansatgas BAN-II/Koppasus, Letkol Inf.Yogi Gunawan pada saat pergi kejar Goliat Tabuni mereka menembak mati Pdt. Elisa Tabuni.
Media Cenderawasih Pos dengan gemilang menjadi corong militer selama 3 bulan sejak Agustus-Oktober 2004 bahwa pimpinan OPM Goliat Tabuni menembak mati Pdt. Elisa Tabuni. Karena pemberitaan media lokal Cenderawasih Pos setiap pagi berita Headline, maka opini publik sudah terbangun bahwa OPM-lah yang menembak mati Pdt. Elisa Tabuni. Teori propoganda misinformasi telah berhasil dibangun dengan baik.
OPM pimpinan Goliat dipromosikan secara luas. Dibuat kesan bahwa di Puncak Jaya sudah dikuasai OPM. Dibuat seperti keadaan di Puncak Jaya tidak aman, maka rakyat perlu perlindungan dari pihak aparat keamanan.
[12/7 08:45] Dr Socratez Yoman: 3. Tujuan Militer Indonesia
Tujuan ditembaknya Pdt. Elisa Tabuni dan promosikan Goliat Tabuni sebagai pimpinan OPM di Tingginambut ialah sebagai berikut:
3.1. Mebangun Markas Kodim di Puncak Jaya. Markas Kodimnya sudah dibangun. Misi utamanya sudah terwujud.
3.2. Membangun basis-basis militer di sepanjang jalan ruas yang menghubungkan Wamena-Tolikara-Puncak Jaya-Puncak. Daerah Operasi Militer diganti dengan pola baru tapi sama saja.
3.3. Motivasi untuk mendapat dana tambahan atau uang lauk dan era sekarang uang pulsa. (Ada banyak bukti).
4. Operasi Militer Indonesia di Ndugama/Nduga
Laporan bupati Nduga pada 11 Juli 2018, bahwa dalam Operasi militer di kampung Alguru tidak ada korban dari rakyat. Apakah ini pesan sponsor atau disampaikan dalam keadaan tekanan. Penulis belum memiliki bukti tentang situasi lapangan yang sebenarnya.
Tujuan yang penulis mau sampaikan ialah Operasi Militer dengan alasan ada OPM di kampung Alguru, Nduga ialah pembenaran (jastufikasi) untuk MEMBANGUN KODIM DAN INFRASTRUKTUR MILITER di wilayah Kabupaten Ndugama.
5. Pemekaran Kabupaten dan Provinsi ialah Operasi Militer Gaya baru di West Papua
Percaya atau tidak, semua program pemekaran kabupaten dan provinsi di wilayah West Papua ialah operasi teritorial militer Indonesia dengan pendekatan dan wajah baru. Karena pendekatan pembangunan di West Papua adalah pendekatan berkultur militer/keamanan.
Tujuannya ialah mempersempit ruang gerak gerakan separatis di Papua. Semua orang Asli West Papua dengan mudah diawasi dan dikontrol dengan mudah dan bahkan dimusnahkan demi kepentingan penguasaan tanah dan sumber daya alam.
Dokumen sangat rahasia Departemen Dalam Negeri, Ditjen Kesbang dan LINMAS membuktikan bahwa “Konsep Rencana Operasi Pengkondisian Wilayah dan Pengembangan Jaringan Komunikasi dalam Menyikapi Arah Politik Irian Jaya (Papua) untuk Merdeka dan Melepaskan Diri Dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(Sumber: Nota Dinas No. 578/ND/KESBANG/DIV/VI/2000
[12/7 08:45] Dr Socratez Yoman: tanggal 9 Juni 2000 berdasarkan radiogram Gubernur (Caretaker) Kepala Daerah Tk I Irian Jaya No.BB.091/POM/060200 tanggal 2 Juni 2000 No.190/1671/SET/tertanggal 3 Juni 2000).
Sumber lain ialah Dokumen Dewan Ketahanan Nasional Sekretariatan Jenderal, Jakarta, 27 Mei 2003 dan tanggal 28 Mei 2003 tentang:
“Strategi penyelesaian konflik Berlatar Belakang Separatis di Provinsi Papua melalui pendekatan Bidang Politik Keamanan.”
6. Kesimpulannya
Operasi Militer di Nduga hanya pembenaran dan sebagai alasan untuk membangun Infrastruktur militer di wilayah ini.
Sekarang tergantung pemerintah setempat, gereja setempat, dan masyarakat sebagai pemilik hak ulayat tanah. Apakah tanah mereka mau diserahkan untuk membangun infrastruktur militer.
Uskup John Philip Saklil, PR dengan tepat mengatakan imannya:
“Rakyat Papua bisa hidup tanpa uang. Tapi rakyat Papua tidak bisa hidup tanpa tanah.”
Tepatlah apa yang disampaikan sahabat saya pak Uskup Timika ini. Karena itu, saya juga menyampaikan:
“Rakyat dan bangsa West Papua jangan menjual Tanah dan menyerahkan Tanah kepada siapapun dengan alasan apapapun. Karena tanah ialah mama kita..Tanah adalah ibu kita. Tanah adalah hidup kita. Tanah adalah hidup dan masa depan anak dan cucu kita. Tanah adalah investasi masa depan bangsa West Papua.”
“Tuhan tidak memberikan mandat untuk menjual dan menyerahkan tanah kepada orang asing. Tuhan berikan mandat untuk mengusahakan dan memeliharanya (Kejadian 2:15).
“Jangan berwatak rendah seperti Esau yang menganggap remeh dengan hak kesulungannya dan menjualnya dan menyerahkan hak itu kepada Yakub hanya dengan kacang merah” (Kejadian 25:29-34).
Rakyat dan bangsa West Papua perlu ingat bahwa Anda tidak mempunyai Tanah alternatif lain, sedangkan orang pendatang, Indonesia-Melayu, di sini hanya tempat memperbaiki hidup ekonomi mereka. Mereka mempunyai tanah, dusun di luar West Papua. Jangan kita jual tanah kita. Kita jangan gadaikan hidup kita kepada orang asing/pendatang.
Post a Comment