Oleh: Checarson Lagowan
1. Pendahuluan
Perjuangan menuntut kemerdekaan Papua kini telah mengalami evolusi yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu atas unifikasi berbagai organ perjuangan dalam suatu wadah universal yang dinamakan ULMWP. Unifikasi itu atas rekomendasi beberapa pemerintah negara di kawasan Pasifik. Tapi apakah, unifikasi yang terjadi di luar negeri itu juga terjadi di Papua? Ini pertanyaan yang memang masih nampak sulit di jawab. Tapi apa dampak yang dapat terjadi jika situasi ini terus berlangsung pada aspek pengorganisasian masa rakyat Papua? Apalagi pada beberapa tahun terakhir, Indonesia secara masif dan sistematis melancarkan hegemoni pembangunan di Papua hingga Pasifik.
2. Rakyat Jadi Bingung
Ketidaksatuan organ perjuangan dalam negeri menginisiasi aksi2 menuntut hak penentuan nasib sendiri yang masih terjadi sejak 2014 ke atas menimbulkan banyak kebingungan rakyat Papua. Apalagi banyak organ kiri yang turun menggelar aksi2 demonstrasi yang sifatnya lebih tematik, taktis dan mendorong isu2 sosial non ideologis. Contoh, beberapa organ sipil masih mendorong isu HAM, Lingkungan, Pendidikan dan Kesehatan dengan mengesampingkan isu2 sentral soal penentuan nasib sendiri. Atau katakanlah Kelapa Sawit dan Ilegal loging dan ilegal mining. Semua aksi2 non ideologis ini menggunakan solidaritas dan forum yang sifatnya temporer. Di sini sering menimbulkan kebingungan pada masyarakat.
Ketidaksatuan organ perjuangan dalam negeri menginisiasi aksi2 menuntut hak penentuan nasib sendiri yang masih terjadi sejak 2014 ke atas menimbulkan banyak kebingungan rakyat Papua. Apalagi banyak organ kiri yang turun menggelar aksi2 demonstrasi yang sifatnya lebih tematik, taktis dan mendorong isu2 sosial non ideologis. Contoh, beberapa organ sipil masih mendorong isu HAM, Lingkungan, Pendidikan dan Kesehatan dengan mengesampingkan isu2 sentral soal penentuan nasib sendiri. Atau katakanlah Kelapa Sawit dan Ilegal loging dan ilegal mining. Semua aksi2 non ideologis ini menggunakan solidaritas dan forum yang sifatnya temporer. Di sini sering menimbulkan kebingungan pada masyarakat.
3. Rakyat Jadi Tidak Yakin dan Percaya
Akumulasi dari kebingungan yang terjadi memicu munculnya ketidakyakinan dan ketidakpercayaan rakyat terhadap kredibilitas berbagai organ perjuangan yang masih berjuang sendiri-sndiri tsb. Sebagai contoh, dlm bbrp bulan kemarin ada beberapa organ sipil mengadakan demonstrasi menuntut penuntasan kasus HAM Paniai, Deyai dsb. Atau beberapa solidaritas terbentuk mengingat kasus Asmat dan Nduga tapi apakah solidaritas yang sama terbentuk pads saat aksi menyambut tuntutan referendum yang digaungkan ULMWP pada beberapa iven penting pada pertengahan tahun 2016 atau 2017? Walaupun ada sebagian besar rakyat Papua tidak menampilkan sikap yang jelas. Ini merupakan dampak dari ketidakyakinan dan ketidakpercyaan yang mulai timbul karena ego faksiisme masih kental dalam tubuh organ2 dalam negeri. Rakyat belum melihat satu wadah representatif.
4. Rakyat Menentukan Sikap Sendiri
Dampak terburuk blm bersatunya seluruh faksi dan organ dalam negeri dibawah ULMWP adalah rakyat mulai melakukan manuver cari jalan sendiri untuk menentukan sikapnya. Dalam konteks ini rakyat rentan terjerumus dalam politik adu domba maupun politik pragmatisme yang dilakonkan kolonial. Atau rakyat terus bernaung dalam zona kesadaran palsu yang kian mengkristal sehingga sangat sulit dicairkan kembali untuk terjun dalam dunia pergerakan dan perjuangan.
5. Kesimpulan
Sebagai simpulan, kembali solusi terbaik dalam negeri semua organ pergerakan dan solidaritas yang mengatasnamakan isu apapun perlu dikurangi dan secara kompak bersatu untuk mengusung isu sentral yakni perundingan menuju penentuan nasib sendiri. Sebab semua persoalan sektoral yang terjadi karena akar masalah yang sama yakni soal histori integrasi yang cacat hukum. Oleh karena sampai kapanpun, isu2 sektoril yang muncul tak akan pernah berkesudhan jika akar masalah di selesaikan agar seluruh kompleksitas masalah secara sektor dapat di selesaikan dengan menyeluruh.
Jika tidak kita hanya akan menghabiskan energi dan waktu hanya untuk sesuatu yang sia-sia dan tidak berdampak pada penyelesaian masalah pkok tetapi akan terkesan bermain2 di luar, cape dan berhenti. Begitu seterusnya hingga terjebak dalam politik pragmatis dan menuju rumah tangga hingga senja kita akan tamat dengan kemajuan apapun yang patut dibanggakan.
Abepura, 7 September 2018
Post a Comment