GuidePedia

0

Oleh: Checarson Lagowan

Catatan Untuk 5 Tahun Ke Depan

Pilgub Papua telah usai dan mengantarkan LUKMEN menjadi juara gub dan wagub 2018-2023 terpilih. Kemenangan yg menggemparkan dlm rangkaian rintangan berduri serta terjangan ombak besar dan gunung tinggi. Orang Papua sontak diam menyaksikan kedua putra koteka menjebol mitos2 dan stigma2 konservatisme dan primordalis bahwa orang gunung (anak koteka) tidak mampu dan gubernur Papua tdk mungkin dua periode, Lukmen Korupsi, Lukmen bukan representase ideal Papua (gunung-pante), Lukmen dukung separatisme, Lukas Korupsi Dana Pendidikan, Lukas main pilih suku dst.
Tapi benar apa kata pak Yoman, apa yang mustahil bagi manusia, tidak bagi Allah. Buktinya Lukmen menang telak dari lawannya dan juga saudara sehonainya Josua.
Pertanyaanya, kedepan di periode ke 2 adalah bagaimana peran dan posisi mereka dalam memandang masalah Papua baik dari aspek sosial, budaya, politik, hukum dan HAM? Walaupun aspek Pendidikan, Kesehatan dan Infrastruktur sdh banyak mnyita perhatian mereka di periode awal lalu.
Rakyat Papua tentu akan mengalami dan melihat kehadiran Lukmen dalam banyak kacamata dan harapan yang tentu saja sudah dipikirkan (dimandatkan) sehingga lukmen dapat terpilih sebagai gubernur untuk pilkada kemarin. Posisi dan sikap Lukmen akan menjadi penentu untuk mengukur keberpihakan dan keberadaan mereka dalam membalas jasa baik rakyat Papua yang sudah terfragmentasi dalam beberapa varian.
Pertama: kelompok pro Papua merdeka
Kedua: kelompok Pro Indonesia
Ketiga: Kelompok abu-abu alias moderat
Kehadiran Lukas dalam proses pemerintahan selama 5 tahun mendatang tdk akan jauh dari warna ketiga kelompok rakyat Papua ini. LUKMEN sbg pemimpin bangsa tentu akan berada dlm posisi netral dan menjadi corong bagi semua kelompok tersebut. Sebab jika tidak demikian Lukmen akan tidak beda jauh dengan gubernur sebelumnya yang lebih memilih bersembunyi dalam satu warna golongan sehingga penderitaan atas rakyat Papua terus terjadi. Akibat perilaku militer Indonesia yang dengan leluasa dan kejam menganiaya rakyat Papua. Dan oleh karenanya kehadiran Lukmen akan sangat menyentuh apabila:
1).Tidak menunjukkan sukuisme (Lanny-isme) dan dominasinya dalam struktur pemerintahan Provinsi Papua. Jika LE hadir sebagai anak koteka yang ingin membangun peradaban manusia Papua, mestinya keterwakilan unsur gunung Lapago dan Mepago dan sub suku didalamnya dalam struktur pemerintahan Provinsi Papua harus terwakili sehingga tidak menimbulkan kekecewaan dan kecemburuan sosial. Demikian halnya orang Papua pantai disamping merangkul lawan politik demi memantapkan nasionalisme Papua luas yang utuh. Bisa mengikuti gaya gubernur Aceh dsb.
2). Lukmen perlu mendorong
Perundingan Papua dan Jakarta sebagai wakil rakyat Papua, bukan wakil pemerintah pusat karena rakyat Papualah yang memilih bukan pemerintah Pusat. Ini kesalahan klasik yang selalu menjadi alasan (alat bela diri) bagi pejabat Papua untuk bersembunyi dari berbagai masalah real di Papua. Ini persepsi keliru dan tidak bertanggung jawab.
3). Lukmen akan terasa didekat hati rakyat apabila mampu menerjemahkan harapan rakyat Papua dari ketiga golongan tadi secara proporsional. Tidak tebang pilih dan tidak ragu2 lagi. Lukmen sebagai pemimpin Papua mustinya lebih memilih memihak rakyat ketimbang bersembunyi di balik sistem, aturan dan ancaman kekanak-kanakan pemerintah pusat dan perangkat militer yang tidak cerdas selama ini.
4) Lukmen perlu mendekatkan diri dan lebih terbuka atas berbagai sikap dan keputusannya juga terhadap semua tindakan dari pusat terhadapnya. Membiarkan rakyat mengetahui dan bersikap atas semua ancaman Jakarta terhadap Lukmen secara pribadi. Ini akan melahirkan dukungan dan simpati rakyat. Sikap ini juga akan menjadi perwujudan sosok bigmen dalam sistem pemerintahan tradisional orang gunung yang bukan saja disayangi rakyat tetapi dijaga rakyat; rakyat siap mati atau hidup atas keselamatan dan perintah pemimpinnya. Dalam filosofi orang gunung (Wamena): "Watlasusak halok, watlasuok paki ar ah" artinya, "kalau mau mati, mati sekali".
Dengan demikian Lukmen dapat memperoleh dukungan dan tempat yang penting (terfokus) dalam seluruh aktifitas kehidupan rakyat Papua saat ini.
5). Lukmen perlu memiliki hati terhadap nyawa dan nasib kemanusiaan rakyat negeri ini yang sudah diserang lewat berbagai sektor. Kesehatan lewat tingginya angka HIV AIDS yang telah hampir mendekati 28.000 orang, pendidikan, yang belum memerdekakan rakyat Papua untuk berdikari; HAM yang terus diabaikan dan diinjak2 militer dan pemerintah pusat; budaya yang terkikis akibatnya lajunya akulturasi dan asimilasi; kesenjangan sosial yang kian lebar antara kaya dan miskin, gunung dan pante dengan terbentuknya kelas-kelas elit baru dan status ekonominya yang melebarkan disparitas antara suku (ini jadi potensi konflik suku).
Kemenangan Lukmen sebagai gubernur dan wakil Gubernur Papua 2018 ini dapat direfleksikan sebagai kemenangan rakyat Papua atas dominasi intervensi pusat dan kepentingannya terhadap Papua. Oleh karena itu, kemenangan ini perlu diterjemahkan sebagai kemenangan rakyat Papua, maka masalah-masalah kerakyatan dan bangsa antara kedua kelompok ideologi yang sering memicu jatuhnya korban jiwa seperti isu Papua merdeka dan isu NKRI harga mati mesti dicarikan solusi yang adil dan damai.
Lukmen dapat sungguh-sungguh memenuhinya dengan mendorong dialog atau perundingan antara RI dan ULMWP sebagai kelompok representatif kedua ideologi yang bertikai. Usaha ini dapat menjadi obat untuk menyembuhkan luka-luka menganga dalam jiwa dan tubuh orang Papua yang jika tidak diobati akan mempercepat kepunahannya.
Keberanian Lukmen dalam menerjemahkan slogan berkeadilan secara nyata dapat terwujud melalui implementasi keadilan dalam pemenuhan, penegakan dan perlindungan hak asasi manusia Papua. Selain itu hanya akan menjadi berkeadilan dalam slogan yang kena kosong karena pastinya orang Papua akan punah. Semoga *

Post a Comment

 
Top