Oleh: Checarson Lagowan
Ilustrasi: Aksi rakyat Papua Barat yang dimediasi KNPB |
1. Pendahuluan
Banyak aktifis Papua memiliki beragam pengetahuan dan wawasan ttg pola-pola perjuangan yang dipakai oleh bangsa lain dalam memerangi isu kemanusiaan dan mmperjuangkan kemerdekaan. Misalnya ada sebagian rakyat Papua yang mengidolakan pola pendekatan Mahatma Gandhi di India dalam membawa India bebas dari kolonialisme Inggris. Adapula yang mengagumi sosok Nelson Mandela di Afrika Selatan yang mengiringi tongak bersejarah kemerdekaan AFSEL dari politik apartheid dan membebaskan Afsel dari cengkeraman Kolonial. Demikian juga Uskup Desmon Tutu, bahkan dipelopor perjuangan pembebasan dengan kekerasan, orang Papua terkagum-kagum dengan sosok Che Guevara, Fidel Castro, Mao, Lenin dst. Tapi apa yang menjadi penyebab pengetahuan itu hanya bersifat abstrak dan tdk pernah terealisasi dalam kehidupan nyata, khususnya dalam perjuangan pembebasan Papua ?
2. Belajar Banyak, Aplikasi Nol
Orang Papua yang demikian dapat disebut sebagai orang yang banyak tahu dan punya wawasan tentang metode perlawanan yang efektif tapi tidak mau berusaha menerapkannya. Mereka hanya mau tampil sebagai individu yang memiliki segudang pengetahuan tapi nihil aksinya. Dan itu merupakan pengetahuan omong kosong. Perjuangan dengan pengetahuan tanpa praktek akan tampak reaksioner temporer. Kelompok ini rentan mengalami kehancuran akibat tdk efektifnya teori dalam penerapannya. Onani pengetahuan jadi domain tp tdk diiringi implementasi jadi sama saja omong kosong.
3. Bicara Lain, Main Lain
Istilah " latihan lain, main lain" sangat tepat untuk mendeskripsikan kelompok orang papua hari ini yang memiliki segudang pengetahuan ttg pembebasan. Jika di amati banyak orang Papua memiliki pengetahuan yang tidak pernah mau diaplikasikan untuk memperjuangkan pembebasan. Contoh, banyak ank2 muda Papua belajar dan bicara Marxisme, namun tidak ada yang tampak bekerja serius dalam mengorganisir basis masa rakyat di Papua yang berstatus sebagai proletar spt kaum tani, pengangguran dan anak2 jalanan Kota. Basis masa petani penggarap dan nelayan merupakan potensi kekuatan utama saat ini di Papua untuk menjadi basis subjek revolusi. Atau adakah para pengagum Che guevara dan Fidel Castro memiliki link dan nyali untuk memulai pemberontakan seperti yang pernah dicetuskan kedua jenderal revolusioner itu pada masa revolusi Kuba ? Atau adakah penggemar Nelson Mandela atau Gandhi yang mulai memprakarsai umat /rakyat dengan turun jalan menolak semua hegemoni dan tawaran para penindas? Hampir tidak ada bukan ? Kalau begitu artinya apa? Artinya, semua pengetahuan yang ada saat ini hanya sebatas pengetahuan yang tidak pernah berguna, semua hanya bersifat tahu tapi tidak dipakai. Hanya jadi pengethuan yang "busuk" dan mempersempit spase otak. Akhirnya terkesan belajar dan tahu lain, tapi pada prakteknya bikin lain. Entah apa sebabnya, barangkali soal "nyali" adalah masalah utama.
4. Kesimpulan
Kita butuh satu pisau atau strategi dan metode yang lebih jelas dan tegas untuk memulai suatu perjuangan guna memulai pembebasan. Aplikasi stratak yang jauh dari pengetahuan atas berbagai metode perjuangan yang berhasil dilakukan oleh pejuang-pejuang lain di masa lampau menyebabkan perjuangan rakyat Papua tidak juga usai. Malah terus berkutat dipersimpangan jalan yang tak jelas kapan sampai pada garis finish. Mungkin begitu ?
Abepura, 6 September 2018
Post a Comment